#BC37 Skripsiku, Pelajaran Hidupku

Dear readers, untuk topik kali ini datangnya dari teman saya, Lusty dengan topik: Makna skripsi buat kamu. Untuk topik kali ini bener-bener greget karena saya baru saja menyelesaikan apa yang wajib saya selesaikan. Bila readers masih atau penah menjadi mahasiswa D3, S1 tentu ga asing dengan kata skripsi yang kadang bagi sebagian orang ngedengernya aja buat sembelit. Memang tidak semua orang begitu tetapi tentunya satu dari sekian orang, ada yang beranggapan demikian.

Berbicara soal skripsi, saya sekalian aja deh berbagi cerita. Jadi saya adalah mantan pejuang mahasiswa S-1 stambuk 012 di salah satu universitas negeri yang ada di kota Medan dan baru menyelesaikan skripsweet saya. Kebetulan sekali teman saya punya ide brilian mengajukan topik ini mudah-mudahan bisa menjadi motivasi buat para pejuang skripsi lainnya. Bisa dibilang saya ga tamat tepat waktu. Alasannya? hanya saya dan Allah yang tahu. Nah dibalik itu, sebenernya ada yang lebih penting loh bagi saya. Memaknai kehidupan melalui skripsi. Apa sajakah itu?

#Pelajaran 1: Memahami teori sabar tiada batasnya

Ku katakan demikian adanya. Semakin hari kamu mengenal kata lelah, semakin seringlah kamu berdoa. Setiap orang berbeda merasakannya. Tapi ketahuilah masa itu adalah masa kamu memahami bahwa sabar tiada batasnya.

Proses saya menyelesaikan skripsi terlalu banyak ukiran sehingga ketika orang lain kepo nanyain ini dan itu, saya hanya bisa menceritakan tak lebih dari semenit. Karena dalam proses itu, bukan hanya lelah belajar tetapi juga belajar bersabar hingga sabar saya menjawab semuanya. Awalnya saya mengatakan, “Lelahnya…” hingga mengatakan “Bahagianya…”

Intinya, semua yang berawal pasti berakhir. Dari awal mengajukan judul, lalu disetujui lalu seminar proposal, penelitian hingga sidang meja hijau. Di dalam perjalanan itu, air mata, peluh kesah, sakit-sehat, semua terasa hingga akhirnya gelar itu tercapai juga. Bila sudah mengetahui ada akhirnya mengapa berkeluh seperti tak berakhir? Kadang waktu berjalan lambat bagi mereka yang bersabar tapi saya justru menyadari bahwa lambatnya waktu berjalan adalah cara Allah mengajarkan saya bahwa kebahagiaan tidak secara instan didapat dan hanya bisa dijemput dengan kesabaran yang justru tak berbatas. Pada akhirnya saya meyakini, “Man shobaro zhafiroo” , and I got it ^_^

#Pelajaran 2: Kebesaran Jiwamu diuji ketika banyak sahabat atau teman baikmu sudah wisuda

Bohong banget rasanya ketika menghadiri acara wisuda teman atau sahabat yang udah duluan wisuda dan kita masih berkutat di skripsi kita ngerasa plong dan bahagia. Kepikiran cyinn..kepikirann. Setiap datang justru yang lain pada nodong pertanyaan tanpa dosa, “Kapan nyusul, ditunggu loh. ” Sungguh itu pernah menjadi hantu di kepala saya. Gatau deh kalau orang. Seketika bab revisi menggeranyang di kepala minta dikerjakan dan di tanda tangani tapi yang namanya menghadiri acara teman atau sahabat kita harus bahagia karena gimanapun mereka adalah teman-teman terbaik yang juga nge-support kita. Disaat itu pula lah kebesaran jiwa kita diuji apakah kita benar-benar plong atau sebaliknya. Kalau ga percaya coba deh readers yang bakalan wisuda atau udah pernah wisuda tanyakin, datengin temen yang hadir di acara kalian, matanya sembab atau enggak, mukanya makin cerah atau suram karena ketahuilah masa itu benar-benar masa sulit bagi mereka. Terus tahu darimana? udah ngalamin wkwkwkk.

#Pelajaran 3: Hidup adalah proses memperbaiki kualitas, salah satu jalannya adalah memperbaiki skripsi setiap revisi

Revisi bagi pejuang skripsi adalah resiko dan jalan yang harus dijalani. Awal dapet coretan, masih senyum ,dua kali tiga kali hingga kali-kali pake kuadrat tetep senyum. Yang ngebedain  tipe senyumnya  dari waktu ke waktu hehe. Tipe senyumnya tergantung jarak waktu dari revisi pertama sampe lupa ngitung revisi udh yang keberapa. Dari senyum lepas terus berkurang 1 cm wkwkwkkk. Tapitapi bukan itu fokusnya. Fokusnya adalah gimana sih kita tetep struggling dengan pencerahan yang kita terima itu yang disebut dengan perbaikan kualitas. Saya percaya setiap coretan itu berharga. Setiap coretan itu ilmu walau pernah dilanda bingung yang ga tentu toh akhirnya selesai juga kok. “Bekali diri, bekali mental untuk mempersiapkan dunia pekerjaan yang jauh lebih menantang, “kebanyakan orang berargumen begitu kepada saya maka jalan yang pernah saya tempuh semasa itu saya jadikan latihan hehehe.

#Pelajaran 4: Air mata dan kasih sayang kepada orang tua adalah doa

Yep. Ini berlaku kapanpun, dimanapun dan apapun. Apapun yang kita kerjakan, kapanpun kita melakukan sesuatu dan dimanapun kita melakukannya, kasih sayang kepada orang tua bisa menjadi jalan kemudahan bagi kita untuk melakukan segala hal. Air mata mereka juga menjadi doa bagi kita dan kasih sayang mereka menjadi ridho Allah yang tak terkira. Jadi ketika sedang dilanda kekalutan mau ujian, eh emak tiba-tiba bilang, “Jangan lupa baca bismillah mudah-mudahan lancar semuanya.” Hanya bilang gitu aja eh pas ujian ga sampe setengah jam udah selesai saya ujian. Jadi yang saya ingat saat itu adalah kemudahan di hari itu adalah doa mamak yang ada di rumah.

#Pelajaran 5 : Ketika tidak mendapatkan apa yang kita harapkan, maka Allah memberikan apa yang kita butuhkan

Saya masih inget banget mundurnya masa wisuda saya perantaranya adalah tertundanya ujian saya. Ga bisa bicara banyak waktu itu cuma bisa ngejalani seperti biasa. Di tengah kesedihan saya waktu itu, ternyata Allah memberikan rezeki setelah itu. Saya dapet kontrak kerja beberapa bulan mengajar di salah satu sekolah swasta yang dikatakan sudah bernama karena biaya untuk pengajarnya sudah tergolong lumayan dibandingkan dengan sekolah-sekolah sebelumnya. Ga kepikiran cari kerja part time waktu itu tapi akhirnya saya memilih sekolah itu juga dengan berawal dari sukarela menjadi guru pengganti sementara saja. Hingga saya menyelesaikan studi saya, sampai sekarang masih rindu dengan suasana kelas disana. Kesedihan saya hilang seketika setahun yang lalu saat ketemu dengan mereka, diskusi bareng mereka hingga saya lupa saya pernah kecewa dengan keadaan sebelumnya. Pelajaran yang sangat mahal sekali. Begitu sulit menerima di awal namun ternyata Allah yang merecanakan segalanya. Saya mungkin tidak bisa selesai tepat waktu tapi Allah membukakan pintu rezeki saya karena Allah tahu apa yang saya butuhkan.

#Pelajaran 6: Setiap peristiwa selalu ada pertolongan Allah tanpa disangka-sangka

Saya tidak begitu inget, berapa rentetan kejadian yang telah saya alami semasa nyusun skripsi. Tapi yang pasti, setiap peristiwa yang saya alami adalah bentuk pertolongan berupa rezeki dari tempat yang ga terfikirkan sama sekali. Dari pekerjaan mendadak, keterima jadi relawan di salah satu organisasi relawan se-indonesia, dapet amanah ngembangin tulisan untuk ngereview produk dan masih banyak lagi. Ketika terfokus pada skripsi, saya seperti melihat kemugkinan kecil yang sulit saya lakukan tapi ketika saya berusaha sedikit saja, Allah membukakan jalan buat itu semua. Kok bisa? modalnya cuma semangat dan optimis aja kok. Optimis kalau semua ga ada yang sia-sia.

#Pelajaran 7: Susah-senang, Always remember, “Allah is everything”

Dari cerita yang udah saya ceritakan di point sebelumnya, kunci dari kejadian yang saya alami adalah melibatkan Tuhan dalam setiap langkah kita. Melibatkan Allah bahwa Allah yang membuat dan merencanakan. Kesedihan, penderitaan, kesulitan, adalah kecil bila kita benar-benar memahami bahwa nikmat Allah tak terkira luasnya. Jauh dari logika manusia memikirkannya, Allah berikan kemudahan bagi mereka yang yakin, bagi mereka yang tabah dan bagi mereka yang ikhlas. Karena janji Allah itu pasti 🙂

Thanks to Lusty yang udah memberikan topik ini. Untuk topik kali ini emag dikemas lebih religius karena beberapa pegalaman yang saya ceritakan memang mengarah kesana. Terima kasih sudah membaca. ^-^

 

11 Comments

Tinggalkan komentar