#BC45 Yang Menyakiti dan Mengobati

Bloggers’ challenges return…

Tulisan ini tercipta untuk memenuhi tantangan dari teman saya, Arif dengan topik, “Yang membuatmu terluka dan yang menyembuhkannya.”  Berbicara soal hal-hal yang membuat sedih, terluka, menangis sampai galau berhari-hari itu ga enak dong ya. Berhubung topik kali ini diarahkan ke penulis, sedikit lebihnya, saya sedikit berbagi tentang hal yang membuat saya terluka dan bagaimana menyembuhkannya.

 

seseorang pernah berkata kepadaku: Luka tak akan hadir jika kita berharap. Namun aku pun bertanya kembali: Tetapi jika tidak berharap, bagaimana kita hidup?

Yap. Segala sesuatu yang berkaitan dengan harapan bagi saya adalah suatu penyebab yang menjadi luka kecil atau luka luar biasa. Mengapa harus harapan yang membuat kecewa? karena kita berharap wkwkk. Pertanyaan itu seakan memutar tak bertepi di atas kepala saya. Tapi..tapi..tapi..berharapnya sama siapa dulu hayooo.

Sudah banyak sekali kasus yang terjadi di sekitar kita yang dapat dijadikan contoh  orang-orang berlarut bersedih karena harapan mereka. Begitu juga dengan saya. Ketika harapan yang pernah saya doakan berbalik arah, semacam ada kesedihan yang tak terkatakan. Tapi harapan yang didoakan kepada Tuhan akan berbeda hasilnya dengan harapan yang megarah kepada manusia. Harapan yang didoakan kepada Tuhan lebih mengarah kepada ketenangan ketika itu tak kunjung tiba karena dari awal kita berharap kepada Tuhan bukan kepada manusia. Sedangkan sebaliknya, kalau berharap sama manusia dan manusia terkadang tak punya cukup kuasa memenuhi harapan tentulah kita terluka. Jadi, bagi saya berharap pada seseorang itu menyesakkan namun tidak serta merta membawa pada kesedihan yang begitu lama. Karena yang terbaik dari berharap adalah kita berharap pada Tuhan dan mendoakan manusia yang kita harapkan. Maka dengan mudahlah bagi saya untuk menyembuhkan kekecewaan hanya dengan berdoa.

Mustahil sekali bila manusia tidak pernah kecewa di dalam hidupnya. Meski sekecil apa pun, manusia hidup didalam kemungkinan dan harapan pada realitas yang sering ia hadapi. Sadar tidak sadar, kita lah yang membuat luka itu. Namun pada akhirnya kita hanya bisa berpulang pada Yang Maha Memiliki Keadaan ketika luka itu merekah tak bercelah.  -perempuan angin-

 

 

2 Comments

Tinggalkan komentar